BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Munculnya persaingan dalam berwirausaha
merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Dengan adanya persaingan, maka
wirausahawan dihadapkan pada berbagai peluang dan ancaman baik yang berasal
dari luar maupun dari dalam usaha yang akan memberikan pengaruh yang cukup
besar terhadap kelangsungan hidup usaha. Untuk itu setiap wirausaha dituntut
untuk selalu mengerti dan memahaini apa yang terjadi dipasar dan apa yang
menjadi keinginan konsumen, serta berbagai perubahan yang ada di lingkungan
bisnis sehingga mampu bersaing dengan dunia bisnis lainnya dan berupaya untuk
menimalisasi kelemahan-kelemahan dan memaksimalkan kekuatan yang diiniliki.
Dengan deinikian para wirausaha dituntut untuk memilih dan menetapkan strategi
yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan. Dengan adanya tekanan
persaingan begitu ketat, baik secara langsung atau tidak langsung sangat
mempengaruhi kinerja organisasi bisnis baik dalam hal teknologi, kebutuhan
pelanggan dan siklus produk. Pada saat kondisi seperti itulah sangat diperlukan
strategi yang tepat dalam mengambil keputusan maupun langkah-langkah tertentu
untuk mempertahankan usahanya tersebut. Strategi bersaing juga diperlukan
teknik atau cara-cara yang akan dilakukan untuk pengembangan usaha.
Di dalam berwirausaha juga ada beberapa aspek
yang menentukan berhasil tidaknya suatu usaha yang dijalankan. Diantaranya
pengelolaan/perencanaan usaha, komptensi inti dalam bersaing, dan kiatnya
memberdayakan peluang. Perencanaan strategi (strategi planning) dipandang sebagai metode baru dalam perencanaan.
Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani, strategos, yang berarti
“seperangkat umum manuver, yang dilaksanakan untuk mengatasi musuh di medan
pertempuran.” Kata “strategi” itu bahkan telah digunakan oleh pemikir militer
kuno Cina, Sun Tzu, dan pemimpin Perancis, Napoleon. Pendekatan perencanaan
yang awalnya diyakini sebagai ilmunya kaum militer tersebut selanjutnya diterapkan
pada organisasi atau pun perusahaan bisnis (Bryson, 2008 : 20).
Hal ini juga diungkapkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
strategis, berarti berhubungan, bertalian, berdasar strategi; dan baik
letaknya. Kata strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya
bangsa, untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai, atau
ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk mengahadapi musuh dalam perang, dalam
kondisi yang menguntungkan, dan tempat yang baik menurut siasat perang, serta
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Depdikbud,
1990 : 983).
1.2 Permasalahan
Dari latar belakang yang telah disebutkan, maka pada bagian ini mencoba
memaparkan makalah berjudul “Perencanaan Kewirausahaan (Pengelolaan Usaha,
Kompetensi Inti dalam Bersaing, dan Kiat Memberdayakan Peluang)”, dengan
permasalahan sebagai berikut :
1.
Apakah pengertian pengelolaan usaha dan kompetensi inti ?
2.
Bagaimana pengelolaan usaha, kompetensi inti
dalam bersaing, dan kiatnya memberdayakan peluang ?
1.3 Tujuan
Untuk menanggapi permasalahan yang dikemukakan tersebut perlu diketahui
tujuannya, diantaranya :
1. Untuk Mengetahui apa itu
pengelolaan usaha dan kompetensi inti; dan
2.Untuk pengelolaan usaha, kompetensi inti
dalam bersaing, dan kiatnya memberdayakan peluang dalam kewirausahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengelolaan Usaha dan Kompetensi Inti
Kata pengelolaan mengadung makna : pertama,
proses, cara perbuatan mengelola; kedua,
proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain; ketiga, proses yang membantu merumuskan
kebijaksanaan dan tujuan organisasi; dan keempat,
proses pengawasan pada semua hal Depdikbud, 1990 : 411). Hal ini kata
pengelolaan sama halnya dengan yang dimaksud dengan perencanaan. Kata
perencanaan, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
perencanaan berasal dari kata dasar rencana yang artinya konsep, rancangan,
atau program, dan perencanaan berarti proses, perbuatan, cara merencanakan.
Selain itu, rencana dapat diartikan sebagai pengambilan keputusan tentang apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Jadi perencanaan adalah penyusunan
rencana (konsep, cerita, uraian, dan sebagainya); atau pembuat/perancang
rencana (yang merencanakan) (Depdikbud, 1990 : 901).
Pengelolaan atau perencanaan
usaha adalah suatu cetak biru tertulis (blue print) yang berisikan tentang misi
usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi usaha,
peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan
pengelolanya (Purwanto, 2006 : 124).
Sementara kompetensi adalah
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu (Depdikbud, 1990 :
453). Menurut para ahli mendefinisikan sebagai suatu kecakapan yang memadai
untuk melakukan pekerjaan atau suatu karakteristik yang mendasari individu yang
berkaitan dengan efektivitas dalam melaksanakan pekerjaan, atau juga kompetensi
mempunyai arti yang sama dengan kata kemampuan, kecakapan, atau keahlian.
Kompetensi inti berarti seperangkat
kemampuan unit yang dikembangkan dalam bidang-bidang, seperti mutu, layanan
pelanggan, inovasi, pembinaan tim, fleksibilitas, cepat tanggap, dan bidang
lainnya yang memungkinkannya melebihi pesaing (Zimmerer & Scarborough, 2002
: 80). Konsep kompetensi inti dipopulerkan oleh Prahalad dan Hamel (1990),
didasarkan pada serangkaian tes yang mengidentifikasi sumber daya organisasi
yang menawarkan nilai strategi terbesar.
Kompetensi inti adalah suatu kumpulan yang terintegrasi dari serangkaian
keahlian dan teknologi yang merupakan akumulasi pembelajaran, yang memberikan
manfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis.
2.2 Pengelolaan Usaha, Kompetensi Inti dalam Bersaing, dan
Kiatnya Memberdayakan Peluang
Dari pengertian perencanaan atau
pengelolaan usaha diatas adalah dimulai dari idea tau gagasan untuk memulai
usaha muncul, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat
perencanaan usaha. Perencanaan usaha sebagai persiapan awal yang memiliki dua
fungsi penting, yaitu : pertama, sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan
manajemen usaha; dan kedua, sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan
yang bersumber dari luar.
Menurut Zimmerer dan Scarborough
(2002:331) , unsur-unsur yang harus ada dalam
perencanaan/pengelolaan usaha, yaitu : 1) ringkasan pelaksanaan; 2) profil usaha; 3) strategi usaha; 4)
produk dan jasa; 5) strategi pemasaran; 6) analisis pesaing; 7) ringkasan
karyawan dan pemilik; 8) rencana operasional; data finansial; 10) proposal/usulan
pinjaman; dan jadwal operasional. Peggy Lambing (2000 : 131) memperjelas unsur
dimaksud sebagai berikut :
Pertama, ringkasan eksekutif,
menjelaskan tentang : maksud usaha, usulan financial, permintaan dana, cara
menggunakan dana, dan cara pembayaran kembali pinjaman. Kedua, setelah membuat ringkasan eksekutif, langkah berikutnya
adalah menentukan misi usaha yang menggambarkan maksud usaha dan filosofi
manajemen perusahaan.
Jadi perencanaan/pengelolaan usaha
adalah dokumen tertulis yang menguraikan ide dasar yang mendasari pertimbangan
pendirian usaha dan hal yang berkaitan dengan pendirian tersebut (Longenecker,
dkk, 2001 : 51).
Setelah memahami perencanaan usaha, menurut Supranto, (1993) langkah selanjutnya mempelajari dan melatih
bagaimana barang dan jasa yang dihasilkan itu didistribusikan atau dipasarkan.
Sesuai dengan definisi pemasaran yaitu kegiatan meneliti kebutuhan dan
keinginan konsumen, menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen, menentukan tingkat harga, mempromosikannya agar produk
dikenal konsumen, dan mendistribusikan produk ke tempat konsumen, maka tujuan
pemasaran adalah bagaimana agar barang dan jasa yang dihasilkan disukai,
dibutuhkan, dan dibeli konsumen (Purwanto, 2006 : 132).
Wirausaha adalah orang yang pandai
atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan
operasinya (Depdikbud, 1990 : 1012), yang merupakan kompetensi inti
dalam strategi bersaing. Dalam perusahaan besar menurut hasil periset (Wright,
Mc Mahan, Mc Cormick dan Sherman) yang melakukan studi dari strategi
organisasi, kompetensi inti, dan keterlibatan eksekutif sumber daya manusia
dalam kinerja manajemen organisasi. Berdasarkan penemuannya, periset
menyimpulkan pada saat strategi organisasi, eksekutif sumber daya manusia
menjadi kompetensi inti mendukung strategi tersebut, maksudnya eksekutif sumber
daya manusia lebih terlibat sebagai pembuat keputusan strategis yang dilihat
sebagai sumber/inti kekuatan organisasi (Mathis & Jackson, 2001 : 51).
Disamping itu, wirausahawan memiliki
kemampuan mengenali peluang usaha yang sangat penting untuk proses usaha,
begitu pula dengan mengembangkan usaha. Mengenali peluang bisnis sering kali
berasal dari pengetahuan , dan pengalamannya. Pengetahuan yang sebelumnya
merupakan hasil dari kombinasi pendidikan dan pengalaman, serta pengalaman yang
relevan dapat berhubungan dengan pekerjaan atau berasal dari beragam pengalaman
pribadi atau peristiwa. Wirausaha tersebut harus sadar akan pengetahuan maupun
pengalaman ini, serta memiliki keinginan untuk memahami dan
menggunakannya.wirausaha yang memiliki kemampuan untuk mengenali peluang usaha
berarti berada dalam posisi strategis untuk menyelesaikan perencanaan produk
dan proses perkembangan serta memulai usaha baru secara berhasil (Hisrich, dkk,
2008 : 199).
Sama dengan yang dikemukakan Zimmerer dan Scarborough (2002: 78), modal
intelektual (sumber daya manusia) menjadi sumber keunggulan (kompetensi inti)
bersaing dalam pasar, yang terdiri. Pertama,
modal manusia, bakat, keterampilan, dan kemampuan. Kedua, modal struktural yaitu akumulasi pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki usahawan, bentuk modal ini bisa mencakup pemrosesn, peranti
lunak, hak paten, hak cipta, dan barangkali yang terpenting pengetahuan dan
pengalamannya. Dan ketiga, modal
pelanggan, basis pelanggan yang dari tiga komponen mapan, reputasi positif,
hubungan yang terus berlanjut, dan good
will yang dibangun usaha dari waktu ke waktu dengan pelanggannya.
Maka dari itu, diperlukan kiatnya dalam memberdayakan peluang dalam rangka
melihat ada atau tidak adanya peluang pasar yang dituju, ada beberapa langkah
yang harus diperhatikan.
Pertama, amati kebutuhan apa
yang paling banyak diperlukan oleh masyarakat sekitarnya. Misalnya untuk
kebutuhan rutin atau sehari-hari (seperti sembako), kebutuhan musiman seperti
baju untuk lebaran, jaket untuk musim hujan dan kebutuhan lainnya yang paling
sering diperlukan (misalnya, kebutuhan akan sabun cuci, pasta gigi, sabun
mandi) dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Kedua, kapan saja mereka
membutuhkan barang, misalnya setiap saat atau sering dibutuhkan, kadang-kadang
dibutuhkan atau jarang dibutuhkan. Ketiga, lihat karakteristik konsumen,
baik dari segi jenis kelamin, usia, pekerjaan, maupun pendidikan. Karakteristik
ini penting untuk menentukan jenis barangapa yang cocok dengan kebutuhan
konsumen. Misalnya, bila konsumennya waniya, maka kebutuhan wanita yang harus
disediakan. Bila usia dewasa yang banyak, maka kebutuhan orang dewasa yang
harus disediakan. Bila pelajar maka alat-alat sekolah yang harus disediakan.
Keempat, bagaimana daya beli
(kemampuan bayar) konsumen. Perlu diperhatikan adalah pendapatan masyarakat,
misalnya untuk masyarakat yang berpendapatan rendah, barang yang disajikan
harus dengan kualitas dan harga terjangkau oleh tingkat konsumen tersebut. Kelima,
lihat ada pesaing atau tidak. Bila ada, peluang pasar apa yang belum digarap
oleh pesaing (Suryana, 2003 : 98-99).
Menurut Narokama (2017), cara
memberdayakan peluang adalah melakukan survey, riset, uji coba pasar melalui :
a)
ATMI : Amati, Tiru, Modifikasi dan Improvisasi akan
mudah mengembangkan produk menjadi lebih unggul dari produk sebelumnya sehingga
kemungkinan untuk dapat diterima dipasar menjadi lebih besar;
b)
Make it Better,
membuat peluang di pasar menjadi lebih baik lagi, misalnya produk yang dibuat
menjadi lebih cepat, lebih kecil, lebih enak, lebih ringan;
c)
Make it One,
menjadiaknnya sebagai yang pertama;
d)
Clonner,
meniru habis tetapi menggunakan merek yang berbeda. Cara ini sering dilakukan
oleh orang lain, tetapi harus berhati-hati mengingat ada unsur hak paten, HAKI
(Hak Atas Kekayaan Intelektual), atau tuntutan dari pihak yang ditiru. Jadi
apabila ingin melakukan cloner, jiplaklah fungsi dan tujuan penggunaan
produknya, bukan merek, bentuk dan kemasannya; dan
e)
Subtitute,
menjadi produk pengganti, cara ini juga efektif bila memulai usaha dimana pasar
sudah cukup besar dengan menjadi produk pengganti dari produk pesaing yang
paling besar atau yang menengah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun yang menjadi simpulan dari makalah yang berjudul “Perencanaan
Kewirausahaan (Pengelolaan Usaha, Kompetensi Inti dalam Bersaing, dan Kiat
Memberdayakan Peluang)” sebagai berikut :
- Pengelolaan atau perencanaan usaha adalah suatu cetak biru tertulis (blue print) yang berisikan tentang misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan pengelolanya.sedangkan kompetensi inti berarti seperangkat kemampuan unit yang dikembangkan dalam bidang-bidang, seperti mutu, layanan pelanggan, inovasi, pembinaan tim, fleksibilitas, cepat tanggap, dan bidang lainnya yang memungkinkannya melebihi pesaing.
- Disamping itu, wirausahawan memiliki kemampuan mengenali peluang usaha yang sangat penting untuk proses usaha, begitu pula dengan mengembangkan usaha. Mengenali peluang bisnis sering kali berasal dari pengetahuan , dan pengalamannya.
- Kiat memberdayakan peluang adalah dengan ATMI (Amati, Tiru, Modifikasi, dan Improvisasi), make it better, make it one, clonner, dan subtitute.
3.2 Saran
Makalah sederhana ini yang berjudul
“Perencanaan Kewirausahaan (Pengelolaan Usaha, Kompetensi Inti dalam
Bersaing, dan Kiat Memberdayakan Peluang)” dapat memberikan pengembangan ilmu
pengetahuan dalam mata kuliah Enteurpreneurship
dan Inovation Management bagi civitas akademika Prodi Manajemen Pendidikan Program Pasca
Sarjana Universitas PGRI Palembang.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, (1990), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta
Hisrich, Robert D., dkk, (2008), Entrapreneurship Kewirausahaan, Salemba Empat, Jakarta
Longenecker, Justin G., dkk, (2001), Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil,
Salemba Empat, Jakarta
M. Bryson, John, (2008), Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Mathis, Robert L., & John H. Jackson, (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia, Salemba Empat, Jakarta
Narotama, Belnokov, (2017), Identifikasi
Peluang Usaha, http://belnokov.narotama.ac.id/referensi/IDENTIFIKASI%20PELUANG%20USAHA%20VI.pdf,
diakses tanggal 14 Maret 2017
Peggy Lambing, (2002), Keunggulan
Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul, Erlangga, Jakarta
Purwanto, (2006), Diktat
Pengantar Kewirausahaan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
Suryana, (2003), Kewirausahaan
(Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses), Salemba Empat, Jakarta
Zimmerer, Thomas W., & Norman M. Scarborough, (2002), Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis
Kecil, Prenhallindo, Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar