Follow on Facebook

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 02 Desember 2019

Perencanaan Kewirausahaan


BAB  I

PENDAHULUAN







1.1   Latar Belakang

Munculnya persaingan dalam berwirausaha merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Dengan adanya persaingan, maka wirausahawan dihadapkan pada berbagai peluang dan ancaman baik yang berasal dari luar maupun dari dalam usaha yang akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kelangsungan hidup usaha. Untuk itu setiap wirausaha dituntut untuk selalu mengerti dan memahaini apa yang terjadi dipasar dan apa yang menjadi keinginan konsumen, serta berbagai perubahan yang ada di lingkungan bisnis sehingga mampu bersaing dengan dunia bisnis lainnya dan berupaya untuk menimalisasi kelemahan-kelemahan dan memaksimalkan kekuatan yang diiniliki. Dengan deinikian para wirausaha dituntut untuk memilih dan menetapkan strategi yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan. Dengan adanya tekanan persaingan begitu ketat, baik secara langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi kinerja organisasi bisnis baik dalam hal teknologi, kebutuhan pelanggan dan siklus produk. Pada saat kondisi seperti itulah sangat diperlukan strategi yang tepat dalam mengambil keputusan maupun langkah-langkah tertentu untuk mempertahankan usahanya tersebut. Strategi bersaing juga diperlukan teknik atau cara-cara yang akan dilakukan untuk pengembangan usaha.

Di dalam berwirausaha juga ada beberapa aspek yang menentukan berhasil tidaknya suatu usaha yang dijalankan. Diantaranya pengelolaan/perencanaan usaha, komptensi inti dalam bersaing, dan kiatnya memberdayakan peluang. Perencanaan strategi (strategi planning) dipandang sebagai metode baru dalam perencanaan. Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani, strategos, yang berarti “seperangkat umum manuver, yang dilaksanakan untuk mengatasi musuh di medan pertempuran.” Kata “strategi” itu bahkan telah digunakan oleh pemikir militer kuno Cina, Sun Tzu, dan pemimpin Perancis, Napoleon. Pendekatan perencanaan yang awalnya diyakini sebagai ilmunya kaum militer tersebut selanjutnya diterapkan pada organisasi atau pun perusahaan bisnis (Bryson, 2008 : 20).

Hal ini juga diungkapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata strategis, berarti berhubungan, bertalian, berdasar strategi; dan baik letaknya. Kata strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa, untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai, atau ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk mengahadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan, dan tempat yang baik menurut siasat perang, serta rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Depdikbud, 1990 : 983).



1.2    Permasalahan

Dari latar belakang yang telah disebutkan, maka pada bagian ini mencoba memaparkan makalah berjudul “Perencanaan Kewirausahaan (Pengelolaan Usaha, Kompetensi Inti dalam Bersaing, dan Kiat Memberdayakan Peluang)”, dengan permasalahan sebagai berikut :

1.         Apakah pengertian pengelolaan usaha dan kompetensi inti ?

2.         Bagaimana pengelolaan usaha, kompetensi inti dalam bersaing, dan kiatnya memberdayakan peluang ?



1.3      Tujuan

Untuk menanggapi permasalahan yang dikemukakan tersebut perlu diketahui tujuannya, diantaranya :

1.  Untuk Mengetahui apa itu pengelolaan usaha dan kompetensi inti; dan

2.Untuk pengelolaan usaha, kompetensi inti dalam bersaing, dan kiatnya memberdayakan peluang dalam kewirausahaan.






BAB  II

PEMBAHASAN





2.1   Pengertian Pengelolaan Usaha dan Kompetensi Inti

Kata pengelolaan mengadung makna : pertama, proses, cara perbuatan mengelola; kedua, proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain; ketiga, proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; dan keempat, proses pengawasan pada semua hal Depdikbud, 1990 : 411). Hal ini kata pengelolaan sama halnya dengan yang dimaksud dengan perencanaan. Kata perencanaan, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perencanaan berasal dari kata dasar rencana yang artinya konsep, rancangan, atau program, dan perencanaan berarti proses, perbuatan, cara merencanakan. Selain itu, rencana dapat diartikan sebagai pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Jadi perencanaan adalah penyusunan rencana (konsep, cerita, uraian, dan sebagainya); atau pembuat/perancang rencana (yang merencanakan) (Depdikbud, 1990 : 901).

Pengelolaan atau perencanaan usaha adalah suatu cetak biru tertulis (blue print) yang berisikan tentang misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan pengelolanya (Purwanto, 2006 : 124).

            Sementara kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu (Depdikbud, 1990 : 453). Menurut para ahli mendefinisikan sebagai suatu kecakapan yang memadai untuk melakukan pekerjaan atau suatu karakteristik yang mendasari individu yang berkaitan dengan efektivitas dalam melaksanakan pekerjaan, atau juga kompetensi mempunyai arti yang sama dengan kata kemampuan, kecakapan, atau keahlian.

            Kompetensi inti berarti seperangkat kemampuan unit yang dikembangkan dalam bidang-bidang, seperti mutu, layanan pelanggan, inovasi, pembinaan tim, fleksibilitas, cepat tanggap, dan bidang lainnya yang memungkinkannya melebihi pesaing (Zimmerer & Scarborough, 2002 : 80). Konsep kompetensi inti dipopulerkan oleh Prahalad dan Hamel (1990), didasarkan pada serangkaian tes yang mengidentifikasi sumber daya organisasi yang menawarkan nilai strategi  terbesar. Kompetensi inti adalah suatu kumpulan yang terintegrasi dari serangkaian keahlian dan teknologi yang merupakan akumulasi pembelajaran, yang memberikan manfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis.



2.2   Pengelolaan Usaha, Kompetensi Inti dalam Bersaing, dan Kiatnya Memberdayakan Peluang



            Dari pengertian perencanaan atau pengelolaan usaha diatas adalah dimulai dari idea tau gagasan untuk memulai usaha muncul, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat perencanaan usaha. Perencanaan usaha sebagai persiapan awal yang memiliki dua fungsi penting, yaitu : pertama, sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan manajemen usaha; dan kedua, sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari luar.

            Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002:331) , unsur-unsur yang harus ada dalam  perencanaan/pengelolaan usaha, yaitu : 1) ringkasan pelaksanaan;      2) profil usaha; 3) strategi usaha; 4) produk dan jasa; 5) strategi pemasaran; 6) analisis pesaing; 7) ringkasan karyawan dan pemilik; 8) rencana operasional; data finansial; 10) proposal/usulan pinjaman; dan jadwal operasional. Peggy Lambing (2000 : 131) memperjelas unsur dimaksud sebagai berikut :

Pertama, ringkasan eksekutif, menjelaskan tentang : maksud usaha, usulan financial, permintaan dana, cara menggunakan dana, dan cara pembayaran kembali pinjaman. Kedua, setelah membuat ringkasan eksekutif, langkah berikutnya adalah menentukan misi usaha yang menggambarkan maksud usaha dan filosofi manajemen perusahaan.

            Jadi perencanaan/pengelolaan usaha adalah dokumen tertulis yang menguraikan ide dasar yang mendasari pertimbangan pendirian usaha dan hal yang berkaitan dengan pendirian tersebut (Longenecker, dkk, 2001 : 51).

Setelah memahami perencanaan usaha, menurut Supranto, (1993)  langkah selanjutnya mempelajari dan melatih bagaimana barang dan jasa yang dihasilkan itu didistribusikan atau dipasarkan. Sesuai dengan definisi pemasaran yaitu kegiatan meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen, menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, menentukan tingkat harga, mempromosikannya agar produk dikenal konsumen, dan mendistribusikan produk ke tempat konsumen, maka tujuan pemasaran adalah bagaimana agar barang dan jasa yang dihasilkan disukai, dibutuhkan, dan dibeli konsumen (Purwanto, 2006 : 132).

            Wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan  operasinya (Depdikbud, 1990 : 1012), yang merupakan kompetensi inti dalam strategi bersaing. Dalam perusahaan besar menurut hasil periset (Wright, Mc Mahan, Mc Cormick dan Sherman) yang melakukan studi dari strategi organisasi, kompetensi inti, dan keterlibatan eksekutif sumber daya manusia dalam kinerja manajemen organisasi. Berdasarkan penemuannya, periset menyimpulkan pada saat strategi organisasi, eksekutif sumber daya manusia menjadi kompetensi inti mendukung strategi tersebut, maksudnya eksekutif sumber daya manusia lebih terlibat sebagai pembuat keputusan strategis yang dilihat sebagai sumber/inti kekuatan organisasi (Mathis & Jackson, 2001 : 51).

            Disamping itu, wirausahawan memiliki kemampuan mengenali peluang usaha yang sangat penting untuk proses usaha, begitu pula dengan mengembangkan usaha. Mengenali peluang bisnis sering kali berasal dari pengetahuan , dan pengalamannya. Pengetahuan yang sebelumnya merupakan hasil dari kombinasi pendidikan dan pengalaman, serta pengalaman yang relevan dapat berhubungan dengan pekerjaan atau berasal dari beragam pengalaman pribadi atau peristiwa. Wirausaha tersebut harus sadar akan pengetahuan maupun pengalaman ini, serta memiliki keinginan untuk memahami dan menggunakannya.wirausaha yang memiliki kemampuan untuk mengenali peluang usaha berarti berada dalam posisi strategis untuk menyelesaikan perencanaan produk dan proses perkembangan serta memulai usaha baru secara berhasil (Hisrich, dkk, 2008 : 199).

Sama dengan yang dikemukakan Zimmerer dan Scarborough (2002: 78), modal intelektual (sumber daya manusia) menjadi sumber keunggulan (kompetensi inti) bersaing dalam pasar, yang terdiri. Pertama, modal manusia, bakat, keterampilan, dan kemampuan. Kedua, modal struktural yaitu akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki usahawan, bentuk modal ini bisa mencakup pemrosesn, peranti lunak, hak paten, hak cipta, dan barangkali yang terpenting pengetahuan dan pengalamannya. Dan ketiga, modal pelanggan, basis pelanggan yang dari tiga komponen mapan, reputasi positif, hubungan yang terus berlanjut, dan good will yang dibangun usaha dari waktu ke waktu dengan pelanggannya.

Maka dari itu, diperlukan kiatnya dalam memberdayakan peluang dalam rangka melihat ada atau tidak adanya peluang pasar yang dituju, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan.

Pertama, amati kebutuhan apa yang paling banyak diperlukan oleh masyarakat sekitarnya. Misalnya untuk kebutuhan rutin atau sehari-hari (seperti sembako), kebutuhan musiman seperti baju untuk lebaran, jaket untuk musim hujan dan kebutuhan lainnya yang paling sering diperlukan (misalnya, kebutuhan akan sabun cuci, pasta gigi, sabun mandi) dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Kedua, kapan saja mereka membutuhkan barang, misalnya setiap saat atau sering dibutuhkan, kadang-kadang dibutuhkan atau jarang dibutuhkan. Ketiga, lihat karakteristik konsumen, baik dari segi jenis kelamin, usia, pekerjaan, maupun pendidikan. Karakteristik ini penting untuk menentukan jenis barangapa yang cocok dengan kebutuhan konsumen. Misalnya, bila konsumennya waniya, maka kebutuhan wanita yang harus disediakan. Bila usia dewasa yang banyak, maka kebutuhan orang dewasa yang harus disediakan. Bila pelajar maka alat-alat sekolah yang harus disediakan.

Keempat, bagaimana daya beli (kemampuan bayar) konsumen. Perlu diperhatikan adalah pendapatan masyarakat, misalnya untuk masyarakat yang berpendapatan rendah, barang yang disajikan harus dengan kualitas dan harga terjangkau oleh tingkat konsumen tersebut. Kelima, lihat ada pesaing atau tidak. Bila ada, peluang pasar apa yang belum digarap oleh pesaing (Suryana, 2003 : 98-99). 



            Menurut Narokama (2017), cara memberdayakan peluang adalah melakukan survey, riset, uji coba pasar melalui :

a)      ATMI : Amati, Tiru, Modifikasi dan Improvisasi akan mudah mengembangkan produk menjadi lebih unggul dari produk sebelumnya sehingga kemungkinan untuk dapat diterima dipasar menjadi lebih besar;

b)      Make it Better, membuat peluang di pasar menjadi lebih baik lagi, misalnya produk yang dibuat menjadi lebih cepat, lebih kecil, lebih enak, lebih ringan;

c)      Make it One, menjadiaknnya sebagai yang pertama;

d)     Clonner, meniru habis tetapi menggunakan merek yang berbeda. Cara ini sering dilakukan oleh orang lain, tetapi harus berhati-hati mengingat ada unsur hak paten, HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), atau tuntutan dari pihak yang ditiru. Jadi apabila ingin melakukan cloner, jiplaklah fungsi dan tujuan penggunaan produknya, bukan merek, bentuk dan kemasannya; dan

e)      Subtitute, menjadi produk pengganti, cara ini juga efektif bila memulai usaha dimana pasar sudah cukup besar dengan menjadi produk pengganti dari produk pesaing yang paling besar atau yang menengah.





BAB III

PENUTUP







3.1    Simpulan



Adapun yang menjadi simpulan dari makalah yang berjudul “Perencanaan Kewirausahaan (Pengelolaan Usaha, Kompetensi Inti dalam Bersaing, dan Kiat Memberdayakan Peluang)” sebagai berikut :

  1. Pengelolaan atau perencanaan usaha adalah suatu cetak biru tertulis (blue print) yang berisikan tentang misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan pengelolanya.sedangkan kompetensi inti berarti seperangkat kemampuan unit yang dikembangkan dalam bidang-bidang, seperti mutu, layanan pelanggan, inovasi, pembinaan tim, fleksibilitas, cepat tanggap, dan bidang lainnya yang memungkinkannya melebihi pesaing.
  2. Disamping itu, wirausahawan memiliki kemampuan mengenali peluang usaha yang sangat penting untuk proses usaha, begitu pula dengan mengembangkan usaha. Mengenali peluang bisnis sering kali berasal dari pengetahuan , dan pengalamannya.
  3. Kiat memberdayakan peluang adalah dengan ATMI (Amati, Tiru, Modifikasi, dan Improvisasi), make it better, make it one, clonner, dan subtitute.



3.2    Saran



Makalah sederhana ini yang berjudul  “Perencanaan Kewirausahaan (Pengelolaan Usaha, Kompetensi Inti dalam Bersaing, dan Kiat Memberdayakan Peluang)” dapat memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dalam mata kuliah Enteurpreneurship dan Inovation Management bagi civitas akademika  Prodi Manajemen Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas PGRI Palembang.



DAFTAR PUSTAKA







Depdikbud, (1990), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta



Hisrich, Robert D., dkk, (2008), Entrapreneurship Kewirausahaan, Salemba Empat, Jakarta



Longenecker, Justin G., dkk, (2001), Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil, Salemba Empat, Jakarta



M. Bryson, John, (2008), Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta



Mathis, Robert L., & John H. Jackson, (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia, Salemba Empat, Jakarta



Narotama, Belnokov, (2017), Identifikasi Peluang Usaha, http://belnokov.narotama.ac.id/referensi/IDENTIFIKASI%20PELUANG%20USAHA%20VI.pdf, diakses tanggal 14 Maret 2017



Peggy Lambing, (2002), Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul, Erlangga, Jakarta



Purwanto, (2006), Diktat Pengantar Kewirausahaan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta



Suryana, (2003), Kewirausahaan (Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses), Salemba Empat, Jakarta



Zimmerer, Thomas W., & Norman M. Scarborough, (2002), Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, Prenhallindo, Jakarta














AYO I PESAN





HARGA MURAH TAPI TIDAK MURAHAN

Melayani pembuatan tangga rumah, kantor anda dengan Desain yang bisa anda tentukan sendiri

Sabtu, 23 November 2019

ALIH FUNGSI GURU


BAB I
Pendahuluan

1.  Latar Belakang

Pada era globalisasi ini tidak dapat dihindari persaingan di berbagai hal tidak terkecuali di dunia pendidikan, untuk itu khususnya pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dituntut untuk menghasilkan lulusan yang siap berkompetisi dan  memiliki kompetensi yang berkualitas, dalam setiap kompetensi keahliannya sehingga dapat diserap oleh dunia usaha atau dunia industri (DU/DI) atau mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.
Permasalahan umum di SMK adalah kekurangan guru produktif hampir disemua bidang studi keahlian sebagaimana disajikan kesulitan SMK dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas serta relevan dengan kebutuhan DU/DI, artinya upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak akan banyak berarti tanpa dukungan guru produktif yang profesional dan berkualitas.
Walaupun disadari bahwa profesionalitas guru merupakan komponen penting yang dapat menjamin mutu pendidikan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun keberadaan profesi nampaknya saat ini belum ditangani secara tuntas karena begitu kompleksnya masalah yang dihadapi baik oleh lembaga pendidikan, masyarakat maupun pemerintah sendiri.
Selaras dengan keadaan tersebut Wardiman (2008 :1) mengemukakan bahwa “masih terjadi gap antara dunia pendidikan dan DU/DI (link and match)”. Untuk menjawab tantangan tersebut, maka pilihan yang terbaik atau prioritas adalah mengadakan inovasi atau pembaharuan sistem pendidikan dan latihan untuk guru produktif SMK dalam meningkatkan profesionalitasnya, yang salah satunya melalui apprenticeship teacher atau magang guru terutama untuk guru produktif SMK yang didesain bersama DU/DI, karena secara historis menurut Evans & Edwin (1978:36) bahwa “Pendidikan kejuruan sesungguhnya merupakan perkembangan dari latihan dalam pekerjaan (on the job training) dan pola magang (apprenticeship)”.Studi yang dilakukan Andersson.I.At.al (2015) yang mengeksplorasi sebuah inovasi mengenai faktor-faktor utama penerapan model sekolah menengah atas berbasis magang di Swedia, dimana terjadi ketidak sesuaian antara pemerintah dengan (Swedish Trade Union Confederation), Confederation of Swedish Enterprise yang mengembangkan kurikulum magang berbasis pasar tenaga kerja, sedangkan Swedish Initial Vocational Education And Training membangun kurikulum magang berbasis sekolah pendidikan kejuruan.
Magang guru dapat meningkatkan relevansi kompetensi keahlian guru produktif dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di dunia usaha dan dunia industri. Guru dapat melihat secara  nyata, tamatan seperti apa yang dicari, yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri itu nantinya. Tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) seyogyanya adalah orang-orang yang kompeten, dan profesional di bidangnya. Mampu bersaing dengan calon-calon tenaga kerja tamatan sekolah lainnya. Keberhasilan pendidikan kejuruan, diukur berdasarkan seberapa banyak lulusan dapat bekerja di dunia usaha dan dunia industri maupun berwirausaha mandiri. Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di dunia usaha dan industri sering berjalan lebih cepat dari pada perkembangan Iptek yang ada di SMK itu sendiri. Hal ini menyebabkan kompetensi keahlian yang diajarkan di SMK sering mengalami kesenjangan dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia industri sehingga lulusan SMK belum siap bekerja saat mereka lulus.
Perioritas magang bagi guru produktif SMK di DU/DI merupakan sebuah inovasi pendidikan, karena yang selama ini dijalankan sesuai dengan struktur kurikulum SMK dan telah banyak dikaji oleh para peneliti lain yaitu peningkatan relevansi antara SMK dengan DU/DI melalui kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) yang dilakukan  oleh siswa selama tiga bulan, namun sebaliknya meningkatkan relevansi antara SMK dan DU/DI melalui magang guru belum mendapat perhatian yang lebih.
Magang guru produktif SMK di DU/DI diharapkan dapat berjalan secara efektif sehingga dapat meningkatkan profesionalitas guru produktif SMK di dalam menjalankan tugasnya, terutama memperkenalkan iklim kerja dan menyelaraskan standar kompetensi sesuai dengan tuntutan DU/DI yang harus dimiliki guru dan di informasikan pada  para peserta didiknya di SMK, sehingga mutu pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan DU/DI dapat tercapai. Lucas, Bill and Spencer, Ellen (2015:11) menjelaskan bahwa:...the redefining of an apprenticeship, the role of the employer in setting the standard, the simplification of the system to one standard or qualification per occupation, the freeing up of the curricula and of teaching methods, the robust testing of the accomplishment, the funding of apprenticeship training and the generation of demand and supply. Magang bagi guru produktif SMK di DU/DI tidak terlepas dari penetapan standar kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan,penyelenggaraan kegiatan, pembiayaan, serta monitoring dan evaluasi kegiatan magang.
Hal tersebut selaras dengan hasil studi yang dilakukan Yuniarti,N.(2014) tentang model penyiapan guru pendidikan kejuruan bahwa pengetahuan dan pengalaman nyata yang diperoleh dari hasil magang guru di DU/DI dapat memberikan wawasan kepada siswa dan mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh DU/DI. Arti penting profesionalitas guru terutama guru produktif bagi SMK merupakan hal yang urgent untuk menjalankan kelangsungan hidup daya saing mengimbangi berbagai perubahan secara cepat dan tidak terprediksi melalui berbagai potensi yang dimilikinya.
Berdasarkan latar belakang di atas dan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang “Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia” demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang nanti bilamana terlibat langsung dalam dunia industri modern yang mana industri tersebut berkaitan langsung dengan kompetensi yang ada pada  sekolah maka SMK YP Gajah Mada melakukan pemagangan guru pada PT Pupuk Sriwidjaya Palembang.

2.  Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya pemagangan guru pada Dunia Usaha dan unia Industri antara lain :
a.  Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian latar belakang bahwa program magang guru sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan relevansi kompetensi keahlian guru produktif dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di dunia usaha dan dunia industri. Terkadang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di dunia usaha dan industri sering berjalan lebih cepat dari pada perkembangan Iptek yang ada di sekolah. Hal ini menyebabkan kompetensi keahlian yang diajarkan di sekolah sering mengalami kesenjangan dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia industri sehingga lulusan SMK belum siap bekerja saat mereka lulus nanti.
b.  Memahami dan mengikuti proses yang berlangsung di Dunia Usaha dan Dunia Industri  beserta peralatan pendukung yang dipergunakan
c.   Menambah wawasan dan pengalaman kerja di Dunia Usaha dan Dunia Industri yang nantinya akan di aplikasikan dalam peroses belajar mengajar di sekolah.
d.  Meperoleh kesempatan untuk menganalisa masalah yang terjadi di lapangan secara langsung dan dapat mengetahui rekomundasi terhadap masalah tersebut
e.  Menjalin hubungan baik yang saling menguntungkan antara pihak sekolah dengan pihak industri


3.  Manfaat
Dalam Program Guru Magang sudah tentu diharapkan ada manfaat yang diperoleh manfaat melalui program magang diantaranya:
a.      Guru dapat melihat secara  nyata, tamatan seperti apa yang dicari oleh dunia usaha dan dunia industri. Lulusan sekolah kejuruan seyogyanya adalah orang-orang yang kompeten, dan profesional di bidangnya. Mampu bersaing dengan calon-calon tenaga kerja tamatan sekolah lainnya. Oleh karena itu di SMK ada program praktik kerja industri (prakerin) yang bertujuan agar peserta didik mendapat pengalaman kerja yang sesuai dengan standar kerja.
b.      Program magang guru juga bermanfaat untuk mengatasi kesenjangan antara kompetensi yang diajarkan di sekolah dengan yang dibutuhkan di industri. Oleh sebab itu diberikan kesempatan kepada guru bidang studi keahlian di SMK untuk magang di dunia usaha dan industri yang relevan dengan kompetensi yang diajarkan.

4.  Tempat, Waktu dan Alamat
Pelaksanaan magang guru ini dilaksanakan pada :  
a.  Tempat
Pelaksanaan Magang Guru dilaksanakan pada Perusahaan yang telah memiliki kerja sama dengan  sekolah atau belum yang ada kaitan dengan kompetensi yang ada pada sekolah, karena SMK YP Gajah Mada memiliki Program Keahlian Teknik Mesin, Teknik Otomotif, dan Teknik Pemesinan Maka pemagangan guru di laksanakan pada  PT. Pupuk Sriwidjaya, Mitsubishi dan PT Yamaha Motor  Palembang

b.  Alamat
1)    PT Pupuk Sriwidjaja Palembang  beeralamat pada Jl Mayor Zen, Palembang Sumatera Selatan 30118-Indonesia
2)      PT. THAMRIN BROTHERS Palembang beralamat di Jl. Kapten A. Rivai No. 9 Palembang-Indonesia Telp. (0711) 317090 – 317122 - 313933
3)    PT. Lautan Berlian Utama Motors (LBUM) Plaju beralamat pada Jl A. Yani, Palembang Sumatera Selatan 30118-Indonesia dan PT. Lautan Berlian Utama Motors (LBUM) Soeta beralamat pada Jl. Soekarno-Hatta Palembang

c.   Waktu
Pelaksanaan Magang Guru ini dilaksanakan mulai dari 2 minggu sampai satu bulan  interval waktu pelaksanaan mulai dari bulan Oktober sampai dengan itu mulai Desembera 2018

5.      Peserta Magang Guru

Perencanaan Kewirausahaan

BAB   I PENDAHULUAN 1.1     Latar Belakang Munculnya persaingan dalam berwirausaha merupakan hal yang tida...